Mikroskop

Di atas adalah contoh gambar mikroskop binokuler, yaitu mikroskop dengan 2 lensa okuler (lensa yang berhadapan langsung dengan mata).

Hematology Analyzer

Hematology Analyzer adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan darah terutama sel-sel darah.

Centrifuge

Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk memisahkan suatu cairan dari partikelnya dengan cara diputar dengan kecepatan tinggi, sehingga dihasilkan endapan dan supernatan.

Profesi Analis Kesehatan

Profesi yang membutuhkan ketekunan, keuletan, ketrampilan, dan tanggung jawab yang tinggi. Dituntut sabar dalam setiap melakukan suatu pemeriksaan.

Analis Kesehatan

Seorang Analis Kesehatan berperan sangat vital terhadap kesembuhan seorang pasein, karena diagnosa seorang dokter bertumpu pada hasil pemeriksaan seorang Analis Kesehatan.

Minggu, 16 Desember 2012

Mengenal HbA1c

Mengenal HbA1c



HbA1c merupakan kombinasi glukosa dan hemoglobin dewasa (HbA). Hemoglobin terdiri dari 4 rantai polipeptida (globin), masing-masing mengandung satu gugus heme. Hemoglobin utama yang ditemukan pada orang dewasa normal adalah HbA. HbA2 dan HbF berada dalam jumlah kecil.
Tabel Normal Human Hemoglobins
No
Name
Designation
Molecular
Structure
Adults (%)
Newborns
1
2
3
Adult hemoglobin
Hemoglobin A2
Fetal hemoglobin
Hb A
Hb A2
Hb F
a2 b2
a2 d2
a2 g2
97
2,5
< 1
20
O,5
80

HbA bereaksi dengan glukosa (atau karbohidrat lain atau turunannya) membentuk hemoglobin terglikosilasi yang dikenal dengan nama HbA1. Ada 3 macam subfraksi HbA1 yaitu HbA1a (HbA + fruktosa 1,6-difosfat atau HbA + glukosa-6-fosfat), HbA1b (HbA + tidak diketahui) dan HbA1c (HbA + glukosa). HbA1c merupakan fraksi yang paling penting dan kira-kira mencapai 70% dari total HbA1.
Tabel 2 : Glycosylated Hemoglobins in Normal and Diabetic Individual
No
Hemoglobin
b-Terminal Group
Normal (%)
Diabetes (%)
1

2
3
HbA1a1
HbA1a2
HbA1b
HbA1c
Fructose 1,6-diphosphate
Glucose-6-phosphate
Unknown
Glucose
0,19
0,19
O,48
3,3
0,2
0,22
0,67
7,5
Mean ± 1 SD, 20 normal subjects and 75 adult diabetics.
Hemoglobin terglikosilasi berakumulasi dalam sel darah merah dan berada dalam bentuk ini selama masa hidup sel. Eritrosit yang bersirkulasi mempunyai waktu paruh rata-rata 60 hari, sehingga kadar HbA1c tidak berubah dengan cepat. Sejumlah peneliti telah menunjukkan korelasi antara HbA1c dan pemeriksaan glukosa darah.  Jumlah HbA1c ini berhubungan langsung dengan kadar glukosa darah rata-rata dalam darah. Pada orang normal 3-6% HbA-nya terglikosilasi, sedangkan pada penderita DM persen HbA1c dapat mencapai 2 atau bahkan sampai 3 kali lipat, tergantung derajat hiperglikemia.
HbA1c tidak seperti tes urine dan glukosa darah, yang dipengaruhi oleh keadaan saat pemeriksaan.misalnya diet yang ketat menjelang pemeriksaan. Pemeriksaan HbA1c tidak dipengaruhi oleh kadar glukosa darah saat itu, tapi merupakan indikator kadar glukosa darah rata-rata beberapa bulan sebelumnya.
Kadar HbA1c menggambarkan kontrol glikemik kadar glukosa 2-3 bulan sebelumnya. Karena itu dianjurkan untuk diperiksa setiap 3 bulan sekali, setidaknya 2 kali setahun. Fruktosamin mengambarkan kadar glukosa 2-3 minggu sebelumnya. Penggunaan kombinasi kedua pemeriksaan yakni HbA1c dan fruktosamin bermanfaat karena walaupun keduanya serupa menggambarkan kontrol glikemik tetapi berbeda jangka waktu kadar glukosa yang digambarkannya. Kadar fruktosamin berguna untuk memantau yang lebih cepat sedangkan HbA1c untuk jangka waktu yang lebih lama.

Korelasi antara Kadar HbA1c dan Rata-rata Kaadar Gula Darah

HbA1C (%)
Rata-rata Gula Darah (mg/dl)
6
135
7
170
8
205
9
240
10
275
11
310
12
345

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL HbA1c
Ada beberapa keadaan dimana salah satu parameter terpengaruh, sedangkan yang lainnya tidak misalnya kadar HbA1c terganggu / tidak tepat pada keadaan dengan anemia hemolitik, hemoglobinopati, dan hemakromatosis serta retikulositosis. Thalasemia dan hemoglobinopati seperti Hb C, Hb S, Hb E, dll yang menyebabkan usia eritrosit memendek menyebabkan penurunan kadar HbA1c. Pada cara kromatografi penukar kation Hb C dan Hb S terhitung pada Hb total dan menurunkan hasil perhitungan HbA1c. Sebaliknya Hb F, Hb H dan Hb Bart mungkin menyebabkan HbA1c tinggi palsu, tergantung pada cara analisis.

"COPAS TUNTAS DARI BERBAGAI SUMBER"

Sabtu, 07 Juli 2012

Strategi Epidemiologi


Strategi Epidemiologi

Suatu pendekatan atau kegiatan yang berpola dan berstruktur untuk mengetahui dan mengkaji frekuensi, distribusi dan determinan suatu masalah kesehatan
Kegiatan Pokok Strategi Epid
Merumuskan hipotesis.
      = konsep yg mengandung uraian ttg faktor-faktor yang diperkirakan berperan sbg penyebab frek, distrbusi dan determinan masalah kesehatan.
2. Menguji hipotesis.
     = melakukan penelitian epidemiologi analitik.
3. Menarik kesimpulan.
    = kesimpulan tentang sebab akibat
Hipotesis dalam Epidemiologi
Unsur pokok hipotesa epidemiologi
Keterangan tentang man
usia (man)
Keterangan tentang sebab (agent)
Keterangan ttg akibat (disease)
Keterangan ttg dosis sebab (doses)
Keterangan ttg waktu (time)
Cara menyusun hipotesa epidemiologi
1. Methode of different (perbedaan)
    - memanfaatkan frekuensi data dari 2 kasus yg berbeda dg melihat adanya faktor X.
2. Methode of agreement (persetujuan)
    - memanfaatkan suatu faktor X pada setiap kejadian kasus.
3. Methode of concomitant variation (perubahan bertahap)
    - memanfaatkan perubahan faktor X terhadap perubahan frekuensi.
4. Methode of analogy
    - memanfaatkan methode yang telah ada, jika sama maka penyebab penyakitnya adalah sama.



HUBUNGAN SEBAB AKIBAT
HAKEKAT SEBAB AKIBAT
 = UNTUK MENCARI FAKTOR2 PENYEBAB TIMBULNYA MASALAH KESEHATAN.
2. KONDISI PD HUB. SEBAB AKIBAT
- YG DICARI DLM HUB SEBAB AKIBAT SEBENARNYA ADALAH KONDISI2 YG DPT MENIMBULKAN HUB YG DIMAKSUD.
   

KONDISI YG MUTLAK  (NECESSARY CONDITION)
Utk terjadi hub. Sebab akibat maka necessary condition harus ditemukan.
Cont: a sbg kondisi yg mutlak utk B jika bahwa B hanya muncul jika ada A
b. Kondisi yan cukup (sufficient condition)
Peranan sufficient condition adl sama dg N.C bedanya hanya pd derajat peranannya, dimana peranan S.C dpt diganti d kondisi lain yg serupa.
Cont. A disebut sbg S.C utk B, jika diket. B muncul oleh karena A juga oleh faktor lain di samping A.

c. Kondisi yan menopang (contributory condition)
Kondisi yg menopang terjadinya hub sebab akibat yakni thd N.C ataupun S.C
Cont. C disebut C.C utk B jika diket utk terjadi B disamping A (N.C) diperlukan C.
d. Kondisi yg memungkinkan (Contingent Condition)
Perananya memungkinkan terjadinya hub sebab akibat
Cont. C disebut C.C utk B, jika diket sekalipun ada A, B tidak terjadi jika disekitarnya tidak ditemukan C

e. Kondisi pilihan (Alternatif Condition)
Kondisi pilihan y dapat menimbulkan hub sebab akibat
Cony. C disebut A.C utk B jika diket kehadiran A sebagai SC utk menimbulkan B dapat diganti oleh C

PENCEGAHAN PENYAKIT


PENCEGAHAN PENYAKIT
Pencegahan penyakit dibagi 3 :
Pencegahan Pertama (Primer)
Pencegahan Kedua (sekunder)
Pencegahan Ketiga (Tertier)
1.1. Pencegahan Pertama (Primer)
Sasaran orang sehat dengan tujuan :
1. Promosi / peningkatan kesehatan (health        Promotion).
    contoh : perbaikan sanitasi, peningkatan       higiene, pendidikan kesehatan, olah raga penyuluhan dll
2. Pencegahan khusus (specific protection.
    contoh: imunisasi, mengkonsumsi vitamin.
2.1. Pencegahan tingkat kedua (sekunder)
Sasaran penderita/yang berisiko, dengan tujuan:
1. mencegah meluasnya penyakit.
Contoh: pemberantasan vektor.
2. Screening (pencarian penderita).
3. menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi.
 contoh: pengobatan/perawatan penyakit tertentu.
3.1. Pencegahan tingkat tiga (tertier)
Sasaran adalah orang yang sudah sakit/penderita, bertujuan:
Mencegah kecacatan, kematian karena penyakit tertentu.
Rehabilitasi (usaha untuk mengembalikan fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin)

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT (NATURAL HISTORY OF DISEASE)


RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT (NATURAL HISTORY OF DISEASE)
Pengertian:
Perkembangan secara alamiah suatu penyakit (tanpa intervensi/ campur tangan medis) sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural.

PROSES PERJALANAN PENYAKIT SECARA UMUM:
1. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility)
2. Tahap Inkubasi (Stage of Presymtomatic Disease)
3. Tahap Penyakit Dini (Stage of Clinical Disease)
4. Tahap Penyakit Lanjut
5. Tahap Akhir Penyakit
1. TAHAP PRE PATOGENESIS (Stage of Susceptibility)
Terjadi interaksi antara host –bibit penyakit –lingkungan , interaksi di luar tubuh manusia
Penyakit belum ditemukan      daya tahan tubuh host masih kuat,      sudah terancam dengan adanya interaksi tersebut. (tahap ini kondisi masih sehat)

2. TAHAP INKUBASI(Stage Of Presymtomatic Disease)
Bibit penyakit sudah masuk ke dalam tubuh host, gejala penyakit belum nampak.
Tiap penyakit mempunyai masa inkubasi
berbeda‐beda       beberapa jam, hari, minggu, bulan sampai bertahun‐tahun

TAHAP INKUBASI : Dimulai dari masuknya bibit penyakit sampai sesaat sebelum timbulnya gejala.
Jika Daya tahan tubuh tidak kuat, penyakit berjalan terus        terjadi gangguan pada bentuk dan
fungsi tubuh,      penyakit makin bertambah
hebat dan timbul gejala.

HORISON KLINIK
: Garis yang membatasi antara tampak atau
   tidaknya gejala penyakit
3. TAHAP PENYAKIT DINI (Stage of Clinical Disease)
Dihitung dari munculnya gejala penyakit.

Tahap ini pejamu sudah merasa sakit (masih ringan)      penderita masih dapat melakukan aktifitas(tidak berobat)

Perawatan 􀃆
    Cukup dengan obat jalan        menjadi masalah besar dunia kesehatan (jika tingkat pengetahuan & pendidikan masyarakat rendah)      mendatangkan masalah lanjutan
    yang makin besar     Penyakit makin parah         berobat memerlukan perawatan relatif mahal.
Akibat lain    bahaya masyarakat luas        menularkan kepada orang lain dan dapat menimbulkan KLB atau wabah.

4. TAHAP PENYAKIT LANJUT

Penyakit makin bertambah hebat
Penderita tidak dapat melakukan pekerjaan
Jika berobat umumnya telah memerlukan perawatan (bad rest).
5. TAHAP AKHIR PENYAKIT
Perjalanan penyakit akan berhenti.
Berakhirnya perjalanan penyakit ada  beberapa keadaan yaitu :

a. Sembuh sempurna    
     baik bentuk dan fungsi tubuh kembali semula seperti keadaan sebelum sakit
b. Sembuh dengan cacat
    Penderita sembuh       kesembuhan tidak sempurna
   ditemukan cacat pada pejamu. Kondisi cacat:
   cacat fisik, fungsional dan sosial.
c. Karier
Perjalanan penyakit seolah‐olah terhenti    gejala penyakit tidak tampak (dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit)     suatu saat penyakit dapat timbul kembali (daya tahan tubuh menurun)

d. KRONIS
   Perjalanan penyakit tampak berhenti gejala penyakit tidak berubah        tidak bertambah berat ataupun ringan
e. MENINGGAL DUNIA
Terhentinya perjalanan penyakit      pejamu meninggal
dunia.(keadaan yang tidak diharapkan
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT BERMANFAAT UNTUK :
Diagnostik : Masa inkubasi        pedoman penentuan jenis penyakit
Pencegahan: Mengetahui rantai perjalanan penyakit        mudah dicari titik potong yg penting dalam upaya pencegahan penyakit
Terapi : fase paling awal, lebih awal diberikan lebih baik hasil yang diharapkan.

SURVEILANS


SURVEILANS
Adalah suatu proses  yang dilakukan secara sistematik dan terus menerus.
Empat  fungsi pokok surveilans:
Pengumpulan data yang relevan pd suatu populasi dan daerah geografik yg spesifik.
Melakukan konsolidasi data dlm suatu rangkaian yg bermakna.
Analisis dan interpretasi data
Diseminasi.
        kesemuanya fungsi di atas untuk memecahkan masalah.



Kegunaan surveilans
Mengukur besaran masalah kesehatan secara kuantitatif.
Penggambaran riwayat alamiah suatu penyakit.
Mendeteksi kemungkinan terjadinya wabah
Alat untuk mendokumentasikan distribusi dan sebaran maslah
Memfasilitasi penelitian epidemiologi atau laboratorium.
Pengujian suatu hipotesis
Perencanaan di bidang kesehatan.
Memonitor dan mengevaluasi upaya pencegahan
Mendeteksi perubahan2 masalah kesehatan masyarakat
Memonitor perubahan bahan infeksius di masyarakat


Sumber data utama dalam surveilans
Laporan kematian
Laporan kesakitan
Laporan wabah atau KLB
Laporan dari penggunaan laboratorium
Laporan dari penelitian2 epidemiologi
Laporan penyelidikan KLB
Survey2 penyakit atau masalah kes khusus
Pemantauan vector dan reservoir
Data demografik
Data lingkungan