Mikroskop

Di atas adalah contoh gambar mikroskop binokuler, yaitu mikroskop dengan 2 lensa okuler (lensa yang berhadapan langsung dengan mata).

Hematology Analyzer

Hematology Analyzer adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan darah terutama sel-sel darah.

Centrifuge

Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk memisahkan suatu cairan dari partikelnya dengan cara diputar dengan kecepatan tinggi, sehingga dihasilkan endapan dan supernatan.

Profesi Analis Kesehatan

Profesi yang membutuhkan ketekunan, keuletan, ketrampilan, dan tanggung jawab yang tinggi. Dituntut sabar dalam setiap melakukan suatu pemeriksaan.

Analis Kesehatan

Seorang Analis Kesehatan berperan sangat vital terhadap kesembuhan seorang pasein, karena diagnosa seorang dokter bertumpu pada hasil pemeriksaan seorang Analis Kesehatan.

Minggu, 16 Desember 2012

Mengenal HbA1c

Mengenal HbA1c



HbA1c merupakan kombinasi glukosa dan hemoglobin dewasa (HbA). Hemoglobin terdiri dari 4 rantai polipeptida (globin), masing-masing mengandung satu gugus heme. Hemoglobin utama yang ditemukan pada orang dewasa normal adalah HbA. HbA2 dan HbF berada dalam jumlah kecil.
Tabel Normal Human Hemoglobins
No
Name
Designation
Molecular
Structure
Adults (%)
Newborns
1
2
3
Adult hemoglobin
Hemoglobin A2
Fetal hemoglobin
Hb A
Hb A2
Hb F
a2 b2
a2 d2
a2 g2
97
2,5
< 1
20
O,5
80

HbA bereaksi dengan glukosa (atau karbohidrat lain atau turunannya) membentuk hemoglobin terglikosilasi yang dikenal dengan nama HbA1. Ada 3 macam subfraksi HbA1 yaitu HbA1a (HbA + fruktosa 1,6-difosfat atau HbA + glukosa-6-fosfat), HbA1b (HbA + tidak diketahui) dan HbA1c (HbA + glukosa). HbA1c merupakan fraksi yang paling penting dan kira-kira mencapai 70% dari total HbA1.
Tabel 2 : Glycosylated Hemoglobins in Normal and Diabetic Individual
No
Hemoglobin
b-Terminal Group
Normal (%)
Diabetes (%)
1

2
3
HbA1a1
HbA1a2
HbA1b
HbA1c
Fructose 1,6-diphosphate
Glucose-6-phosphate
Unknown
Glucose
0,19
0,19
O,48
3,3
0,2
0,22
0,67
7,5
Mean ± 1 SD, 20 normal subjects and 75 adult diabetics.
Hemoglobin terglikosilasi berakumulasi dalam sel darah merah dan berada dalam bentuk ini selama masa hidup sel. Eritrosit yang bersirkulasi mempunyai waktu paruh rata-rata 60 hari, sehingga kadar HbA1c tidak berubah dengan cepat. Sejumlah peneliti telah menunjukkan korelasi antara HbA1c dan pemeriksaan glukosa darah.  Jumlah HbA1c ini berhubungan langsung dengan kadar glukosa darah rata-rata dalam darah. Pada orang normal 3-6% HbA-nya terglikosilasi, sedangkan pada penderita DM persen HbA1c dapat mencapai 2 atau bahkan sampai 3 kali lipat, tergantung derajat hiperglikemia.
HbA1c tidak seperti tes urine dan glukosa darah, yang dipengaruhi oleh keadaan saat pemeriksaan.misalnya diet yang ketat menjelang pemeriksaan. Pemeriksaan HbA1c tidak dipengaruhi oleh kadar glukosa darah saat itu, tapi merupakan indikator kadar glukosa darah rata-rata beberapa bulan sebelumnya.
Kadar HbA1c menggambarkan kontrol glikemik kadar glukosa 2-3 bulan sebelumnya. Karena itu dianjurkan untuk diperiksa setiap 3 bulan sekali, setidaknya 2 kali setahun. Fruktosamin mengambarkan kadar glukosa 2-3 minggu sebelumnya. Penggunaan kombinasi kedua pemeriksaan yakni HbA1c dan fruktosamin bermanfaat karena walaupun keduanya serupa menggambarkan kontrol glikemik tetapi berbeda jangka waktu kadar glukosa yang digambarkannya. Kadar fruktosamin berguna untuk memantau yang lebih cepat sedangkan HbA1c untuk jangka waktu yang lebih lama.

Korelasi antara Kadar HbA1c dan Rata-rata Kaadar Gula Darah

HbA1C (%)
Rata-rata Gula Darah (mg/dl)
6
135
7
170
8
205
9
240
10
275
11
310
12
345

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL HbA1c
Ada beberapa keadaan dimana salah satu parameter terpengaruh, sedangkan yang lainnya tidak misalnya kadar HbA1c terganggu / tidak tepat pada keadaan dengan anemia hemolitik, hemoglobinopati, dan hemakromatosis serta retikulositosis. Thalasemia dan hemoglobinopati seperti Hb C, Hb S, Hb E, dll yang menyebabkan usia eritrosit memendek menyebabkan penurunan kadar HbA1c. Pada cara kromatografi penukar kation Hb C dan Hb S terhitung pada Hb total dan menurunkan hasil perhitungan HbA1c. Sebaliknya Hb F, Hb H dan Hb Bart mungkin menyebabkan HbA1c tinggi palsu, tergantung pada cara analisis.

"COPAS TUNTAS DARI BERBAGAI SUMBER"

Sabtu, 07 Juli 2012

Strategi Epidemiologi


Strategi Epidemiologi

Suatu pendekatan atau kegiatan yang berpola dan berstruktur untuk mengetahui dan mengkaji frekuensi, distribusi dan determinan suatu masalah kesehatan
Kegiatan Pokok Strategi Epid
Merumuskan hipotesis.
      = konsep yg mengandung uraian ttg faktor-faktor yang diperkirakan berperan sbg penyebab frek, distrbusi dan determinan masalah kesehatan.
2. Menguji hipotesis.
     = melakukan penelitian epidemiologi analitik.
3. Menarik kesimpulan.
    = kesimpulan tentang sebab akibat
Hipotesis dalam Epidemiologi
Unsur pokok hipotesa epidemiologi
Keterangan tentang man
usia (man)
Keterangan tentang sebab (agent)
Keterangan ttg akibat (disease)
Keterangan ttg dosis sebab (doses)
Keterangan ttg waktu (time)
Cara menyusun hipotesa epidemiologi
1. Methode of different (perbedaan)
    - memanfaatkan frekuensi data dari 2 kasus yg berbeda dg melihat adanya faktor X.
2. Methode of agreement (persetujuan)
    - memanfaatkan suatu faktor X pada setiap kejadian kasus.
3. Methode of concomitant variation (perubahan bertahap)
    - memanfaatkan perubahan faktor X terhadap perubahan frekuensi.
4. Methode of analogy
    - memanfaatkan methode yang telah ada, jika sama maka penyebab penyakitnya adalah sama.



HUBUNGAN SEBAB AKIBAT
HAKEKAT SEBAB AKIBAT
 = UNTUK MENCARI FAKTOR2 PENYEBAB TIMBULNYA MASALAH KESEHATAN.
2. KONDISI PD HUB. SEBAB AKIBAT
- YG DICARI DLM HUB SEBAB AKIBAT SEBENARNYA ADALAH KONDISI2 YG DPT MENIMBULKAN HUB YG DIMAKSUD.
   

KONDISI YG MUTLAK  (NECESSARY CONDITION)
Utk terjadi hub. Sebab akibat maka necessary condition harus ditemukan.
Cont: a sbg kondisi yg mutlak utk B jika bahwa B hanya muncul jika ada A
b. Kondisi yan cukup (sufficient condition)
Peranan sufficient condition adl sama dg N.C bedanya hanya pd derajat peranannya, dimana peranan S.C dpt diganti d kondisi lain yg serupa.
Cont. A disebut sbg S.C utk B, jika diket. B muncul oleh karena A juga oleh faktor lain di samping A.

c. Kondisi yan menopang (contributory condition)
Kondisi yg menopang terjadinya hub sebab akibat yakni thd N.C ataupun S.C
Cont. C disebut C.C utk B jika diket utk terjadi B disamping A (N.C) diperlukan C.
d. Kondisi yg memungkinkan (Contingent Condition)
Perananya memungkinkan terjadinya hub sebab akibat
Cont. C disebut C.C utk B, jika diket sekalipun ada A, B tidak terjadi jika disekitarnya tidak ditemukan C

e. Kondisi pilihan (Alternatif Condition)
Kondisi pilihan y dapat menimbulkan hub sebab akibat
Cony. C disebut A.C utk B jika diket kehadiran A sebagai SC utk menimbulkan B dapat diganti oleh C

PENCEGAHAN PENYAKIT


PENCEGAHAN PENYAKIT
Pencegahan penyakit dibagi 3 :
Pencegahan Pertama (Primer)
Pencegahan Kedua (sekunder)
Pencegahan Ketiga (Tertier)
1.1. Pencegahan Pertama (Primer)
Sasaran orang sehat dengan tujuan :
1. Promosi / peningkatan kesehatan (health        Promotion).
    contoh : perbaikan sanitasi, peningkatan       higiene, pendidikan kesehatan, olah raga penyuluhan dll
2. Pencegahan khusus (specific protection.
    contoh: imunisasi, mengkonsumsi vitamin.
2.1. Pencegahan tingkat kedua (sekunder)
Sasaran penderita/yang berisiko, dengan tujuan:
1. mencegah meluasnya penyakit.
Contoh: pemberantasan vektor.
2. Screening (pencarian penderita).
3. menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi.
 contoh: pengobatan/perawatan penyakit tertentu.
3.1. Pencegahan tingkat tiga (tertier)
Sasaran adalah orang yang sudah sakit/penderita, bertujuan:
Mencegah kecacatan, kematian karena penyakit tertentu.
Rehabilitasi (usaha untuk mengembalikan fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin)

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT (NATURAL HISTORY OF DISEASE)


RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT (NATURAL HISTORY OF DISEASE)
Pengertian:
Perkembangan secara alamiah suatu penyakit (tanpa intervensi/ campur tangan medis) sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural.

PROSES PERJALANAN PENYAKIT SECARA UMUM:
1. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility)
2. Tahap Inkubasi (Stage of Presymtomatic Disease)
3. Tahap Penyakit Dini (Stage of Clinical Disease)
4. Tahap Penyakit Lanjut
5. Tahap Akhir Penyakit
1. TAHAP PRE PATOGENESIS (Stage of Susceptibility)
Terjadi interaksi antara host –bibit penyakit –lingkungan , interaksi di luar tubuh manusia
Penyakit belum ditemukan      daya tahan tubuh host masih kuat,      sudah terancam dengan adanya interaksi tersebut. (tahap ini kondisi masih sehat)

2. TAHAP INKUBASI(Stage Of Presymtomatic Disease)
Bibit penyakit sudah masuk ke dalam tubuh host, gejala penyakit belum nampak.
Tiap penyakit mempunyai masa inkubasi
berbeda‐beda       beberapa jam, hari, minggu, bulan sampai bertahun‐tahun

TAHAP INKUBASI : Dimulai dari masuknya bibit penyakit sampai sesaat sebelum timbulnya gejala.
Jika Daya tahan tubuh tidak kuat, penyakit berjalan terus        terjadi gangguan pada bentuk dan
fungsi tubuh,      penyakit makin bertambah
hebat dan timbul gejala.

HORISON KLINIK
: Garis yang membatasi antara tampak atau
   tidaknya gejala penyakit
3. TAHAP PENYAKIT DINI (Stage of Clinical Disease)
Dihitung dari munculnya gejala penyakit.

Tahap ini pejamu sudah merasa sakit (masih ringan)      penderita masih dapat melakukan aktifitas(tidak berobat)

Perawatan 􀃆
    Cukup dengan obat jalan        menjadi masalah besar dunia kesehatan (jika tingkat pengetahuan & pendidikan masyarakat rendah)      mendatangkan masalah lanjutan
    yang makin besar     Penyakit makin parah         berobat memerlukan perawatan relatif mahal.
Akibat lain    bahaya masyarakat luas        menularkan kepada orang lain dan dapat menimbulkan KLB atau wabah.

4. TAHAP PENYAKIT LANJUT

Penyakit makin bertambah hebat
Penderita tidak dapat melakukan pekerjaan
Jika berobat umumnya telah memerlukan perawatan (bad rest).
5. TAHAP AKHIR PENYAKIT
Perjalanan penyakit akan berhenti.
Berakhirnya perjalanan penyakit ada  beberapa keadaan yaitu :

a. Sembuh sempurna    
     baik bentuk dan fungsi tubuh kembali semula seperti keadaan sebelum sakit
b. Sembuh dengan cacat
    Penderita sembuh       kesembuhan tidak sempurna
   ditemukan cacat pada pejamu. Kondisi cacat:
   cacat fisik, fungsional dan sosial.
c. Karier
Perjalanan penyakit seolah‐olah terhenti    gejala penyakit tidak tampak (dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit)     suatu saat penyakit dapat timbul kembali (daya tahan tubuh menurun)

d. KRONIS
   Perjalanan penyakit tampak berhenti gejala penyakit tidak berubah        tidak bertambah berat ataupun ringan
e. MENINGGAL DUNIA
Terhentinya perjalanan penyakit      pejamu meninggal
dunia.(keadaan yang tidak diharapkan
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT BERMANFAAT UNTUK :
Diagnostik : Masa inkubasi        pedoman penentuan jenis penyakit
Pencegahan: Mengetahui rantai perjalanan penyakit        mudah dicari titik potong yg penting dalam upaya pencegahan penyakit
Terapi : fase paling awal, lebih awal diberikan lebih baik hasil yang diharapkan.

SURVEILANS


SURVEILANS
Adalah suatu proses  yang dilakukan secara sistematik dan terus menerus.
Empat  fungsi pokok surveilans:
Pengumpulan data yang relevan pd suatu populasi dan daerah geografik yg spesifik.
Melakukan konsolidasi data dlm suatu rangkaian yg bermakna.
Analisis dan interpretasi data
Diseminasi.
        kesemuanya fungsi di atas untuk memecahkan masalah.



Kegunaan surveilans
Mengukur besaran masalah kesehatan secara kuantitatif.
Penggambaran riwayat alamiah suatu penyakit.
Mendeteksi kemungkinan terjadinya wabah
Alat untuk mendokumentasikan distribusi dan sebaran maslah
Memfasilitasi penelitian epidemiologi atau laboratorium.
Pengujian suatu hipotesis
Perencanaan di bidang kesehatan.
Memonitor dan mengevaluasi upaya pencegahan
Mendeteksi perubahan2 masalah kesehatan masyarakat
Memonitor perubahan bahan infeksius di masyarakat


Sumber data utama dalam surveilans
Laporan kematian
Laporan kesakitan
Laporan wabah atau KLB
Laporan dari penggunaan laboratorium
Laporan dari penelitian2 epidemiologi
Laporan penyelidikan KLB
Survey2 penyakit atau masalah kes khusus
Pemantauan vector dan reservoir
Data demografik
Data lingkungan

WABAH


WABAH
1. DEFINISI (UU No 4 Th 1984)
= Kejadian berjangkitnya suatu peny. Menular dlm masy yg jumlah penderitanya meningkat scr nyata lebih dr keadaan yg lazim pd waktu dan daerah ttt serta dpt menimbulkan malapetaka.
2. Penyebab Secara Umum:
a.      Keracunan makanan mis oleh : E. coli, staphylococcus dan salmonella.
b.      Peny, dg inkubasi singkat cont: DBD, Cholera, malaria, campak, Pes dll.
c.      Peny.  dg inkubasi lama cont: Hepatitis, Tripanosomiasis Afrika dll.
d.      Bahan beracun: makanan yg tercemar insektisida dan bhn kimia yg dipakai dalam pertanian

3. Cara Penanggulangan Wabah
a. Pencegahan Primer.
Membasmi sumber penularan.
Memutuskan rantai penularan.
Melindungi orang rentan
b. Pencegahan sekunder.
Menemukan kasus sub klinis
Menemukan pengidap
Survailans
Pelarangan kontak
c. Pencegahan Tertier.
  - Pengobatan kasus
  - Mengisolasi semua kasus

4. Klasifikasi KLB
A. Menurut Penyebab
1.  Toxin
Enterotoxin
Exotoxin
Endotoxin
2. Infeksi
Virus
Bakteri
Protozoa
Cacing
3. Toxin biologis
   a. racun jamur
   b. aflatoxin
   c. plankton
   d. racun ikan, tumbuh-tumbuhan dll.

4. Toxin kimia
    a. zat kimia organik mis: Hg, Pb, cyanida dll.
    b. insektisida mis: organofosfat, karbamat dll.
B. Menurut Sumbernya
1. Dari kegiatan manusia
      mis. Penyemprotan, penangkapan ikan dg racun.
2. Dari binatang mis: tikus, kucing
3. Dari serangga mis: lalat, kecoa, nyamuk dll
4. Dari udara mis: pencemaran udara.
5. Permukaan benda-benda mis: salmonella, Clostridium tetani dll
6. Dari air mis: vibrio cholerae, salmonella, parasit.
7. Dari makanan/minuman mis; singkong, jamur, jengkol, makanan kaleng dll

Ketentuan KLB
mortalitas/morbiditas peny menular di suatu kec. Meningkat 3x/> selama 3 minggu berturut-turut atau >.
Insiden dlm 1 bulan di suatu kec. Meningkat 2x atau lebih dibanding rata2 sebulan dlm tahun sebelumnya dari penyakit yg sama.
CFR suatu peny menular dlm 1 bln meningkat 50% /> dibanding bln yg lalu di suatu kec.
Proportional rate insiden dlm 1 bln dibanding dg proportional rate selama periode yg sama th lalu meningkat 2x />.
Utk kolera, cacar, pes dan DHF (selain ketentuan a s/d d) berlaku:
         - ada 1/> penderita/kematian pd daerah yg telah bebas peny menular tertentu min 4 minggu berturut- turut.
Ada mortalitas/morbiditas karena keracunan.
Terdapat peny. Menular yg sebelumnya tidak ada.

Epidemiologi


RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT (NATURAL HISTORY OF DISEASE)
Pengertian:
Perkembangan secara alamiah suatu penyakit (tanpa intervensi/ campur tangan medis) sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural.

Proses perjalanan penyakit secara umum :
1. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility)
2. Tahap Inkubasi (Stage of Presymtomatic Disease)
3. Tahap Penyakit Dini (Stage of Clinical Disease)
4. Tahap Penyakit Lanjut
5. Tahap Akhir Penyakit

1.        Tahap pre pato genesis (stage of susceptibility)
-   Terjadi interaksi antara host –bibit penyakit –lingkungan , interaksi di luar tubuh manusia
-   Penyakit belum ditemukan      daya tahan tubuh host masih kuat,      sudah terancam dengan adanya interaksi tersebut. (tahap ini kondisi masih sehat)

2.         Tahap inkubasi (stage of presymtomatic disease)
-   Bibit penyakit sudah masuk ke dalam tubuh host, gejala penyakit belum nampak.
Tiap penyakit mempunyai masa inkubasi
Berbeda-beda (beberapa jam, hari, minggu, bulan sampai bertahun-tahun )
-   TAHAP INKUBASI : Dimulai dari masuknya bibit penyakit sampai sesaat sebelum timbulnya gejala.
Jika Daya tahan tubuh tidak kuat, penyakit berjalan terus  > terjadi gangguan pada bentuk dan
fungsi tubuh, > penyakit makin bertambah
hebat dan timbul gejala.

Horison klinik : Garis yang membatasi antara tampak atau tidaknya gejala penyakit

3.        Tahap Penyakit Dini (Stage of Clinical Disease)
-   Dihitung dari munculnya gejala penyakit.
-   Tahap ini pejamu sudah merasa sakit (masih ringan) > penderita masih dapat melakukan aktifitas(tidak berobat)
-   Perawatan
Cukup dengan obat jalan > menjadi masalah besar dunia kesehatan (jika tingkat pengetahuan & pendidikan masyarakat rendah)   >  mendatangkan masalah lanjutan yang makin besar  >  Penyakit makin parah  >  berobat memerlukan perawatan relatif mahal.
-   Akibat lain  >  bahaya masyarakat luas   >  menularkan kepada orang lain dan dapat menimbulkan KLB atau wabah.

4.        Tahap Penyakit Lanjut
-   Penyakit makin bertambah hebat
-   Penderita tidak dapat melakukan pekerjaan
-   Jika berobat umumnya telah memerlukan perawatan (bad rest).

5.        Tahap Akhir Penyakit
-   Perjalanan penyakit akan berhenti.
-   Berakhirnya perjalanan penyakit ada  beberapa keadaan yaitu :
a. Sembuh sempurna    
     baik bentuk dan fungsi tubuh kembali semula seperti keadaan sebelum sakit
b. Sembuh dengan cacat
    Penderita sembuh  > kesembuhan tidak sempurna
   ditemukan cacat pada pejamu. Kondisi cacat:
   cacat fisik, fungsional dan sosial.
c. Karier
-   Perjalanan penyakit seolah-olah terhenti >   gejala penyakit tidak tampak (dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit)  >  suatu saat penyakit dapat timbul kembali (daya tahan tubuh menurun)
d. Kronis
   Perjalanan penyakit tampak berhenti  >       gejala penyakit tidak berubah  > tidak bertambah berat ataupun ringan
e. Meninggal Dunia
-   Terhentinya perjalanan penyakit  >    pejamu meninggal dunia.(keadaan yang tidak diharapkan)

Riwayat alamiah penyakit bermanfaat untuk :
-   Diagnostik : Masa inkubasi  >  pedoman penentuan jenis penyakit
-   Pencegahan: Mengetahui rantai perjalanan penyakit  >  mudah dicari titik potong yg penting dalam upaya pencegahan penyakit
-   Terapi : fase paling awal, lebih awal diberikan lebih baik hasil yang diharapkan.



UKURAN STATUS KESEHATAN DALAM EPIDEMIOLOGI:
MORTALITAS (RATE DAN RASIO)

Hubungan Ratio, Rate, Proporsi, Prevalensi dan Persentil
Organization Chart
 







Rate : ukuran suatu kejadian, kondisi, atau kematian pada suatu populasi dan dengan suatu periode waktu tertentu.

                                   Jumlah Kasus
Rate =                                                                 X K (100,1.000,10.000)
             Populasi di area dalam periode waktu tertentu

Ada 3 tipe Rate:
1. Crude Rate
 -          menyajikan data atau informasi untuk keseluruhan populasi atau kelompok.
-          Didasarkan pada jumlah pengalaman atau peristiwa yg terjadi dlm populasi pd waktu tertentu.
-          Rangkuman angka dan dikembangkan hanya dari data minimum dan informasi yg terbatas.

Jenis Crude Rate

1.        Crude Date Rate (CDR)/Angka Kematian Kasar.

             jumlah kematian total pertahun
CDR =                                                        X 100.000
             Total rata-rata populasi pd th tsb

2.        Crude Birth Rate (CBR)/Angka Kelahiran Kasar

               Jumlah kelahiran total pertahun
CBR =                                                        X 100.000
              Total rata-rata populasi pd th tsb

2. Adjusted Rate
penyesuaian/pengubahan angka kasar secara matematis, bertujuan untuk mendapatkan perbandingan dalam dan di antara populasi yg memiliki karakteristik atau sifat yg mungkin berbeda atau yg mungkin memengaruhi risiko terhadap masalah kesehatan.

3. Spesific Rate
segala informasi yg memberikan keterangan secara rinci dlm bentuk rate menurut usia, agama, pendidikan, pekerjaan dll tentang suatu kelompok/populasi.

Mortalitas
3 hal yg menyebabkan kematian:
1.        Degenerasi organ vital dan kondisi terkait.
2.        Status penyakit
3.        Akibat perilaku masy atau lingkungan

Jenis mortality Rate
1.        Angka kematian tahunan (annual death rate)
2.        Angka kematian kasar (crude death rate)
3.        Angka kematian bayi (infant mortality rate)
4.        Angka kematian bayi baru lahir (neonatal mortality rate)
5.        Angka kematian pascaneonatal (postneonatal m r)
6.        Angka kematian perinatal (perinatal m r)
7.        Rasio lahir mati (fetal death ratio)
8.        Angka lahir mati (fetal death rate)
9.        Angka abortus (abortion rate)
10.     Angka kematian ibu (maternal m r)


1.        Angka kematian bayi

     jml kematian anak usia< 1th dlm 1 th
=                                                                          X 1.000
     jumlah kelahiran hidup di th yg sama

2.        Angka kematian bayi baru lahir

        jml kematian bayi usia < 28 hari
=                                                             X 1.000
       jml kelahiran hidup di th ys sama

3.        Angka kematian pascaneonatal.

       jumlah kematian bayi usia 28 hr – 1 th
=                                                                       x 1000
       jml kelahiran hidup di th yg sama

4.        Angka kematian perinatal

    jml kematian janin 28mgg atau > gestasi+kematian pascalahir (7hr)
=                                                                                                     x1000
               total kelahiran hidup dalam th tersebut


5.        Angka kematian janin

             jml kematian janin dlm 1 periode waktu (1th)
=                                                                                                    x 1.000
    total kematian janin + lahir hidup dlm periode waktu yg sama

6.        Angka kematian abortus

           jml aborsi yg dilakukan per tahun
=                                                                        x 1.000
   jml total perempuan usia 15-44 th di th tsb

7.        Angka kematian ibu nifas

         jml kematian akibat penyebab saat nifas
                dlm th dan populasi tertentu
=                                                                               x 100.000
      jml total kelahiran hidup pd periode (1th) dan  populasi yang sama


Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate)

Salah satu indikator utama status kes suatu populasi.
Faktor-faktor risiko kematian Ibu adalah:
-          Proses persalinan
-          Perawatan obstetrik
-          Komplikasi kehamilan
-          Masa nifas

Kematian ibu dibedakan menjadi 2 yaitu:
1.        Akibat penyebab obstetrik langsung
2.        Tidak langsung
Ad 1. berkaitan dg penyebab obstetrik dan yankes
Ad 2. berkaitan dg kondisi yg sudah ada dan bukan krn tindakan penyelenggaraan yankes

Ukuran morbiditas
3 angka kesakitan adalah:
1.        Insidensi
2.        Prevalensi
3.        Angka serangan.


WABAH

1. DEFINISI (UU No 4 Th 1984)
Kejadian berjangkitnya suatu peny. Menular dlm masy yg jumlah penderitanya meningkat scr nyata lebih dr keadaan yg lazim pd waktu dan daerah ttt serta dpt menimbulkan malapetaka.

2. Penyebab Secara Umum:
a. Keracunan makanan mis oleh : E. coli, staphylococcus dan salmonella.
b. Peny, dg inkubasi singkat cont: DBD, Cholera, malaria, campak, Pes dll.
c. Peny.  dg inkubasi lama cont: Hepatitis, Tripanosomiasis Afrika dll.
d. Bahan beracun: makanan yg tercemar insektisida dan bhn kimia yg dipakai dalam pertanian


3. Cara Penanggulangan Wabah
a. Pencegahan Primer.
-    Membasmi sumber penularan.
-    Memutuskan rantai penularan.
-    Melindungi orang rentan
b. Pencegahan sekunder.
-    Menemukan kasus sub klinis
-    Menemukan pengidap
-    Survailans
-   

 
Pelarangan kontak
c. Pencegahan Tertier.
  - Pengobatan kasus
  - Mengisolasi semua kasus

4. Toxin kimia
    a. zat kimia organik mis: Hg, Pb , cyanida dll.
    b. insektisida mis: organofosfat, karbamat dll.
2. Infeksi
a.        Virus
b.        Bakteri
c.        Protozoa
d.        Cacing
3. Toxin biologis
   a. racun jamur
   b. aflatoxin
   c. plankton
   d. racun ikan, tumbuh-tumbuhan    dll.

 
 

4. Klasifikasi KLB
A. Menurut Penyebab
1.  Toxin
a.        Enterotoxin
b.        Exotoxin
c.        Endotoxin



B. Menurut Sumbernya
1. Dari kegiatan manusia
      mis. Penyemprotan, penangkapan ikan dg racun.
2. Dari binatang mis: tikus, kucing
3. Dari serangga mis: lalat, kecoa, nyamuk dll
4. Dari udara mis: pencemaran udara.
5. Permukaan benda-benda mis: salmonella, Clostridium tetani dll
6. Dari air mis: vibrio cholerae, salmonella, parasit.
7. Dari makanan/minuman mis; singkong, jamur, jengkol, makanan kaleng dll

Ketentuan KLB
a.    Mortalitas / morbiditas peny menular di suatu kec. Meningkat 3x/> selama 3 minggu berturut-turut atau >.
b.   Insiden dlm 1 bulan di suatu kec. Mengkat 2x atau lebih dibanding rata2 sebulan dlm tahun sebelumnya dari penyakit yg sama.
c.    CFR suatu peny menular dlm 1 bln meningkat 50% / > dibanding bln yg lalu di suatu kec.
d.   Proportional rate insiden dlm 1 bln dibanding dg proportional rate selama periode yg sama th lalu meningkat 2x / >.
e.    Utk kolera, cacar, pes dan DHF (selain ketentuan a s/d d) berlaku:
-    ada 1 / > penderita/kematian pd daerah yg telah bebas peny    menular tertentu min 4 minggu berturut- turut.
f.    Ada mortalitas/morbiditas karena keracunan.
g.   Terdapat peny. Menular yg sebelumnya tidak ada.

SURVEILANS
Adalah suatu proses  yang dilakukan secara sistematik dan terus menerus.
Empat  fungsi pokok surveilans:
1.   Pengumpulan data yang relevan pd suatu populasi dan daerah geografik yg spesifik.
2.   Melakukan konsolidasi data dlm suatu rangkaian yg bermakna.
3.   Analisis dan interpretasi data
4.   Diseminasi.
        kesemuanya fungsi di atas untuk memecahkan masalah.

Kegunaan surveilans
1.        Mengukur besaran masalah kesehatan secara kuantitatif.
2.        Penggambaran riwayat alamiah suatu penyakit.
3.        Mendeteksi kemungkinan terjadinya wabah
4.        Alat untuk mendokumentasikan distribusi dan sebaran maslah
5.        Memfasilitasi penelitian epidemiologi atau laboratorium.
6.        Pengujian suatu hipotesis
7.        Perencanaan di bidang kesehatan.
8.        Memonitor dan mengevaluasi upaya pencegahan
9.        Mendeteksi perubahan2 masalah kesehatan masyarakat
10.     Memonitor perubahan bahan infeksius di masyarakat

Sumber data utama dalam surveilans :
1.        Laporan kematian
2.        Laporan kesakitan
3.        Laporan wabah atau KLB
4.        Laporan dari penggunaan laboratorium
5.        Laporan dari penelitian2 epidemiologi
6.        Laporan penyelidikan KLB
7.        Survey2 penyakit atau masalah kes khusus
8.        Pemantauan vector dan reservoir
9.        Data demografik
10.     Data lingkungan

PENCEGAHAN PENYAKIT
Pencegahan penyakit dibagi 3 :
1.        Pencegahan Pertama (Primer)
2.        Pencegahan Kedua (sekunder)
3.        Pencegahan Ketiga (Tertier)
1. Pencegahan Pertama (Primer)
     Sasaran orang sehat dengan tujuan :
1. Promosi / peningkatan kesehatan (health Promotion).
    contoh : perbaikan sanitasi, peningkatan  higiene, pendidikan    kesehatan, olah raga penyuluhan dll
2. Pencegahan khusus (specific protection)
    contoh: imunisasi, mengkonsumsi vitamin.

2.  Pencegahan tingkat kedua (sekunder)
     Sasaran penderita/yang berisiko, dengan tujuan:
1. mencegah meluasnya penyakit.
     Contoh: pemberantasan vektor.
2. Screening (pencarian penderita).
3. menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi.
     contoh: pengobatan/perawatan penyakit tertentu.

3.   Pencegahan tingkat tiga (tertier)
     Sasaran adalah orang yang sudah sakit/penderita, bertujuan:
1.        Mencegah kecacatan, kematian karena penyakit tertentu.
2.        Rehabilitasi (usaha untuk mengembalikan fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin)

STUDI –STUDI   EPIDEMIOLOGI
1.     OBSERVASIONAL.
       A. STUDI DESKRIPTIF
       B. STUDI ANALITIK
2.     EKSPERIMENTAL

KEUNTUNGAN
KERUGIAN
1.        dapat disusun kriteria responden sesuai yang diinginkan
2.        dapat diobservsasi semua keterangan tanpa perlu kawatir terjadi selekti bias
3.        hasil yg diperoleh lebih dapat dipercaya (karena prospektif)
 
1.        membutuhkan waktu, biaya dan tenaga yg  besar.
2.        kemungkinan drop out responden tinggi
3.        sulit dilakukan jika jumlah kasus sedikit
4.        gagal bila ditengah study ada kemajuan ilmu yang mengubah cara diagnosis
Studi Observasional
Studi Deskriptif
Menggambarkan suatu kejadian penykt/msl kes berdsr karakteristik orang (person), tempat (place) dan waktu (time). Menjwb who, what, when.
§   A. STUDI KASUS (CASE REPORT)
§   B. SERI KASUS (CASE SERIES)
§   C. STUDI EKOLOGI (CORRELATIONAL STUDY)

Studi Kasus (Case Report)
laporan secara detail tentang kejadian suatu kasus masalah kes (ditinjau dari berbagai sudut disiplin ilmu)

Seri Kasus (Case Series)
pengembangan dari studi kasus tentang karakteristik2 beberapa individu yg terkena masalah kesehatan

Studi  Ekologi (Correlational Study)
Menggunakan data dari seluruh populasi untuk membandingkan frek/keljadian penyakkit antar kelomp pd periode waktu yg sama atau berbeda waktu.

2. Studi Analitik
menjelaskan mengapa penykt/msl kes timbul. Dengan mencari sebab akibat. (Menjwb why)
§  A. Studi Kohort (cohort/Prospektif)
§  B. Studi kasus Kontrol (Case    Control/Retrospektif)
§  C. Studi Kros – Seksional (Cross-Sectional/Snap-shot)

a. Studi Kohort   (Prospektif)
 Studi yg diawali dg penentuan kelomp terpapar dan kelomp tidak terpapar, kmd diikuti selama waktu ttt ke depan (forward tracing) dan pada akhir pengamatan dilakukan penentuan status penyakit.

Prinsip study Kohort

§        Kelpk terpapar                        +

                                       3 tahun
                                                                        -

§         Kelomp tdk terpapar           +
         
                             3 tahun
                                                             -

PAPARAN
JUMLAH
PENYAKIT

YA
TIDAK

YA
A
B
A+B
TDK
C
D
C+D
JUMLAH
A+C
B+D
A+B+C+D

 

§  PERHITUNGAN RISIKO RELATIF (RR) DAN ATRIBUT RISK (AT)
§                A/A+C
§  RR  =
§                B/B+D

§  AT = A/A+C – B/B+D

Perhitungan Risiko relatif / Relatif Risk (RR)  dan Atribut Risk pada kohort


OBESITAS
JUMLAH
CA
MAMAE

YA
TdK

YA
400
25
425
TDK
50
500
550
JUMLAH
450
525
975











APA ARTI HASIL RR DAN AR?
§  Rr =18.5  , Artinya Orang/Ibu-Ibu Yang Memiliki Bb Obesitas Kemungkinan Akan Menderita Ca Mamae Sebesar 18.5 Kali Dibandingkan Orang Yang Tidak Memiliki Obe.
§  Ar=840  , artinya Dari 1000 Orang/Ibu-Ibu Yang Memiliki Bb Obes Akan Ditemukan 840 Orang Diantarannya Menderita Ca Mamae  Karena Bb Obes.

Keuntungan Dan  Kerugian Study Kohort



STUDI EKSPERIMENTAL
§  Studi di mana peneliti melakukan perlakuan/intervensi (pemberian faktor risiko/paparan) pada subyek yang akan diteliti.

Ada 3 jenis studi eksperimen:
1.        Clinical Trial = pasien sbg populasi penelitian
2.        Field Trial = individu sehat sbg populasi penellitian
3.        Community Intervention Trial =unit analisis terkecilnya adalah kelompok


Strategi epidemiologi
Suatu pendekatan atau kegiatan yang berpola dan berstruktur untuk mengetahui dan mengkaji frekuensi, distribusi dan determinan suatu masalah kesehatan

Kegiatan pokok strategi epid
1.        Merumuskan hipotesis.
      = konsep yg mengandung uraian ttg faktor-faktor yang diperkirakan berperan sbg penyebab frek, distrbusi dan determinan masalah kesehatan.
2. Menguji hipotesis.
     = melakukan penelitian epidemiologi analitik.
3. Menarik kesimpulan.
    = kesimpulan tentang sebab akibat

hipotesis dalam epidemiologi
1.        Unsur pokok hipotesa epidemiologi
a.        Keterangan tentang man
b.        usia (man)
c.        Keterangan tentang sebab (agent)
d.        Keterangan ttg akibat (disease)
e.        Keterangan ttg dosis sebab (doses)
f.         Keterangan ttg waktu (time)

Cara menyusun hipotesa epidemiologi
1. Methode of different (perbedaan)
    - memanfaatkan frekuensi data dari 2 kasus yg berbeda dg melihat adanya faktor X.
2. Methode of agreement (persetujuan)
    - memanfaatkan suatu faktor X pada setiap kejadian kasus.
3. Methode of concomitant variation (perubahan bertahap)
    - memanfaatkan perubahan faktor X terhadap perubahan frekuensi.
4. Methode of analogy
    - memanfaatkan methode yang telah ada, jika sama maka penyebab penyakitnya adalah sama.

Hubungan Sebab Akibat
1.        hakekat sebab akibat
 = untuk mencari faktor2 penyebab timbulnya masalah kesehatan.
2. kondisi pd hub. sebab akibat
- yg dicari dlm hub sebab akibat sebenarnya adalah kondisi2 yg dpt menimbulkan hub yg dimaksud.
   
A.      KONDISI YG MUTLAK  (NECESSARY CONDITION)
-          Utk terjadi hub. Sebab akibat maka necessary condition harus ditemukan.
Cont: a sbg kondisi yg mutlak utk B jika bahwa B hanya muncul jika ada A

b. Kondisi yan cukup (sufficient condition)
-          Peranan sufficient condition adl sama dg N.C bedanya hanya pd derajat peranannya, dimana peranan S.C dpt diganti d kondisi lain yg serupa.
Cont. A disebut sbg S.C utk B, jika diket. B muncul oleh karena A juga oleh faktor lain di samping A. 

c. Kondisi yan menopang (contributory condition)
-          Kondisi yg menopang terjadinya hub sebab akibat yakni thd N.C ataupun S.C
Cont. C disebut C.C utk B jika diket utk terjadi B disamping A (N.C) diperlukan C.

d. Kondisi yg memungkinkan (Contingent Condition)
-          Perananya memungkinkan terjadinya hub sebab akibat
Cont. C disebut C.C utk B, jika diket sekalipun ada A, B tidak terjadi jika disekitarnya tidak ditemukan C

e. Kondisi pilihan (Alternatif Condition)
-          Kondisi pilihan y dapat menimbulkan hub sebab akibat
Cony. C disebut A.C utk B jika diket kehadiran A sebagai SC utk menimbulkan B dapat diganti oleh C